JAKARTA, Arcus GPIB – Ingat ini baik-baik, Iblis telah berusaha kuat menghalangi Yesus menerima salib, kini pun merintangi kita dalam memeluk iman salib Yesus!
Mengatakan itu Reinhard Samah Kansil, M.Th sebagaimana dilansir dalam grup w.a “Komunitas GPIB Bersaksi” dalam renungan Sabda Bina Diri, Jumat (07/04/2023).
“Yesus mati di atas kayu salib bagi kita. Tetapi kita tidak menyembah Juruselamat yang mati. Tubuh Tuhan kita diturunkan dari kayu salib dan dikuburkan, kemudian pada hari yang ketiga Dia muncul kembali dalam tubuh kemuliaan-Nya.”
“Semestinya kita bertanya, apakah salib itu? Salib menghiasi menara-menara gereja dan menandai tempat-tempat pemakaman. Kadang kala salib juga menandai lokasi meninggalnya seseorang dalam kecelakaan di jalan raya. Dan salib kerap dipakai sebagai perhiasan.”
“Salib memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kematian penebusan Tuhan untuk membayar harga dosa-dosa karena kemudian daripada itu Kebangkitan-Nya untuk melepaskan kita dari kuasa maut.”
Pendeta Darius Pakiding mengatakan, melalui pengorbanan Yesus Allah telah memperbaharui perjanjian dengan umatNya oleh darah Yesus.
“Oleh darah Yesus kita dikuduskan,” kata Pendeta Darius, Pendeta Jemaat GPIB Mangngamaseang, Makassar.
“Pengampunan dosa yang dilakukan Yesus bukan karena kita layak melainkan hanya karena anugerah-Nya, mengingat perjanjian yg telah diikat dgn umatNya. Dan oleh pengorbanan Yesus kita dikuduskan, Ia telah membuka jalan baru dan hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri.”
Bagaimana merespon anugerah keselamatan ? Menurut Darius, tentu dengan tetap memenjaga kekudusan hidup.
Jangan lagi cemari hidup dengan dosa karena didalam hati dan akal budi kita Tuhan telah menaruh hukum-Nya untuk bisa membedakan mana yang berkenan dan tidak bagi Tuhan.
Tetaplah jaga kekudusan hidup, dengan tetap berpegang teguh, setia dan taat pada hukum Tuhan. Apapun yang terjadi dalam hidupmu, keadaan baik atau tidak, tetap teguh dalam pengharpan pada iman kepada Kristus, dan saling mengasihi serta mendorong dalam pekerjaan yang baik.
Sesibuk bagaimana pun juga, jangan pernah menjauhkan diri dari persekutuan ibadah. /fsp